DESTILASI
Destilasi
adalah suatu proses pemisahan termal untuk memisahkan komponen-komponen yang
mudah menguap dari suatu campuran cair dengan cara menguapkannya, yang diikuti
dengan kondensasi uap yang terbentuk dan menampung kondensat yang dihasilkan.
Apabila
yang didinginkan adalah bagian campuran yang tidak teruapkan dan bukan
destilatnya, maka proses tersebut biasanya dinamakan pengentalan dengan
evaporasi. Dalam hal ini sering kali bukan pemisahan yang sempurna yang
dikehendaki, melainkan peningkatan konsentrasi bahan-bahan yang terlarut dengan
cara menguapkan sebagian dari pelarut. Sering kali destilasi digunakan
semta-mata sebagai tahap awal dari suatu proses rektifikaasi. Dalam hal ini
campuran dipisahkan menjadi dua, yaitu bagian yang mudah menguap dan bagian
yang sukar menguap. Kemudian masing-masing bagian diolah lebih lanjut dengan
cara rektifikasi. Uap yang dikeluarkan dari campuran disebut sebagai uap bebas,
kondensat yang jatuh sebagai destilat dari bagian cairan yang tidak menguap
sebagai residu. Biasanya destilat digunakan untuk menarik senyawa organic yang
titik didihnya dibawah 250 0C, pendestilasian senyawa-senyawa yang titik
didihnya tinggi dikuatirkan akan rusak oleh pemanasan sehingga tidak cocok
untuk ditarik dengan teknik destilasi.
Prinsip
dan Proses Kerja Destilasi
1. Prinsip
Destilasi
Pada
prinsipnya pemisahan dalam suatu proses destilasi terjadi karena penguapan
salah satu komponen dari campuran, artinya dengan cara mengubah bagian-bagian
yang sama dari keadaan cair menjadi berbentuk uap. Dengan demikian persyarannya
adalah kemudahan menguap ( volatilitas ) dari komponen yang akan dipisahkan
berbeda satu dengan yang lainnya. Pada campuran bahan padat dalam cairan,
persyaratan tersebut praktis selalu terpenuhi. Sebaliknya, pada larutan cairan
dalam cairan biasanya tidak mungkin dicapai sempurna, karena semua komponen
pada titik didih campuran akan mempunyai tekanan uap yang besar. Destilat yang
murni praktis hanya dapat diperoleh jika cairan yang sukar menguap mempunyai
tekanan uap yang kecil sekali sehingga dapat diabaikan.
2. Proses
Destilasi
Penguapan
dan destilasi umumnya merupakan proses pemisahan satu tahap. Proses ini dapat
dilakukan secara tak kontinu atau kontinu, pada tekanan normal ataupun vakum.
Pada destilasi sederhana, yang paling sering dilakukan adalah operasi taak kontinu.
Dalam hal ini campuran yang akan dipisahkan dimasukkan kedalam alat penguap dan
dididihkan. Pendidihan terus dilangsungkan hingga sejumlah tertentu komponen
yang mudah menguap terpisahkan. Proses pendidihan erat hubungannya dengan
kehadiran udara permukaan. Pendidihan akan terjadi pada suhu dimana tekanan uap
dari larutan sama dengan tekanan udara di permukaan cairan.
Secara
umum proses yang terjadi pada destilasi sederhana atau biasa yaitu :
- Penguapan komponen yang mudah menguap dari campuran dalam alat penguap
- Pengeluaran uap yang terbentuk melalui sebuah pipa uap yang lebar dan kosong tanpa perpindahan panas dan pemindahan massa yang disengaja atau dipaksakan yang dapat menyebabkan kondensat mengalir kembali ke lat penguap.
- Jika perlu, tetes-tetes cairan yang sukar menguap yang ikut terbawa dalam uap dipisahkan dengan bantuan siklon dan disalurkan kembali kedalam alat penguap.
- Kondensasi uap dalam sebuah kondensor
- Pendingin lanjut dari destilat panas dalam sebuah alat pendingin
- Penampungan destilat dalam sebuah bejana
- Pengeluaran residu dari alat penguap
- Pendinginan lanjut dari residu yang dikeluarkan Penampungan residu dalam sebuah bejana.
PERISTIWA
YANG TERJADI PADA PROSES DESTILASI
Masalah
yang ditemui dalam destilasi adalah : “terbentuknya campuran Azeotrop yang
merupakan campuran yang sulit dipisahkan”.
Campuran
Azeotrop
ialah : campuran dengan titik didih yang konstan.
Dalam hal
ini larutan yang terdiri dari dua jenis cairan dengan perbandingan tertentu
saat dididihkan menghasilkan uap dengan komposisi yang tepat sama seperti
larutan tersebut. Karena tidak terjasi pengayaan pada uap ( baik dari komponen
yang mudah menguap atau sukar menguap ), maka titik didih campuran ettap
konstan. Sering kali titik azeotrop tercapai setelah proses penguapn yaitu
setelah sejumlah tertentu komponen yang mudah atau sukar menguap terpisahkan.
Cara
yang ditempuh untuk mengatasi campuran azeotrop yaitu :
- Menambahkan zat ketiga, sehingga terjadi campuran azeotrop baru. Campuran azeotrop baru direfluks dan di destilasi kembali. Cnth : alkohol + air –> azeotrop Alkohol + air + benzene –> azeotrop baru
- Menambahkan suatu zat yang dapat mengikat salah satunya. Cnth : alkohol dan air Alkohol + air + CaO –> alkohol + Ca(OH)2
Peralatan
Destilasi
Peralatan
destilasi yang paling sederhana terdiri atas :
a)
Penguap ( alat penguap labu, pipa atau lapisan tipis )
b)
Pipa uap
c)
Siklon bila perlu
d)
Kondensor berupa alat penukar panas tak langsung
e)
Penampung Tergantung pada jenis destilasi, kadang-kadang diperlukan alat-alat
lain seperti pompa vakum ( untuk destilasi vakum ), pompa cairan ( pada
destilasi kontinu ), dekander, dan alat-alat penguap khusus.
Jenis-Jenis
alat destilasi yang digunakan :
Destilasi Molekuler | |
Destilasi
Uap
Macam
teknik destilasi
1.
Destilasi normal
Destilasi
normal berguna untuk mendestilasi zat-zat yang dapat menguap dengan titik
didihnya dibawah 1300C. Pada destilasi normal pendidihan akan terjadi
bila tekanan uap dari cairan yang dipanaskan sudah sama dengan tekanan udara
dipermukaan cairan. Dalam proses destilasi, jika media panas digunakan cairan
maka seluruh labu destilasi hendaklah terbenam, sehingga zat yang akan
didestilasi mudah terangkat.
Destilasi
normal ini dapat digunakan untuk menarik minyak atsirih, tapi dengan
menggunakan pendingin tegak.
2.
Destilasi uap
Destialsi
uap digunakan untuk suatu zat yang mudah terurai atau rusak pada titik
didihnya. Caranya tekanan up cairan yang akan didestilasi ditambah tekanannya
melalui pemberian uap yang bertekanan tinggi. Mengapa tidak didestilasi vakum
saja? Karena jika didestialsi vakum maka zat yang didinginkan akan terisap ke
vakum. Oleh karena itu sebaiknya didestilasi uap. Pada destilasi uap titik
didih yang rendah menjadi lebih rendah, karena adanya tekanan tambahan dari
cairan. Kedalam labu pembuat uap tambahan, hendaklah diberikan pipa kapiler
yang mencelup kedalam cairan yang diuapkan, yang jika tekanan terlalu tinggi,
maka tekanannya dapat dialirkan melalui pipa kapiler tersebut.
3.
Destialsi vakum
Destialsi
vakum dutunjukkan untuk menarik senyawa yang titik didihnya tinggi. Dengan
dikuranginya udara permukaan cairan, maka pendidihan akan terjadi pada tekanan
uap yang lebih rendah. Bila bekerja dengan mesin pembuat vakum, antara mesin
dal alat destilasi hendaklah dipasang perangkap dan dan didinginkan pada suhu
50oC dibawah nol. Jika tidak , akan ada senyawa yang ditarik ke dalam mesin,
dan akan menyebabkan mesin menjadi lebih cepat aus
EKSTRAKSI
Ekstraksi adalah suatu
proses pemisahan substansi dari campurannya dengan menggunakan pelarut yang
sesuai.
Berdasarkan bentuk
campuran yang diekstraksi, dapat dibedakan dua macam ekstraksi yaitu :
- Ekstraksi padat-cair jika substansi yang diekstraksi terdapat di dalam campurannya yang berbentuk padat. Proses ini paling banyak ditemui di dalam usaha untuk mengisolasi suatu substansi yang terkandung di dalam suatu bahan alam. Oleh karena itu, hanya proses ektraksi ini yang akan dibahas dalam bab ini.
- Ekstraksi cair-cair jika substansi yang diekstraksi terdapat di dalam campurannya yang berbentuk cair
Berdasarkan proses pelaksanaannya
ekstraksi dapat dibedakan :
1.
Ekstraksi
yang berkesinambungan
(Continous Extraction)
Dalam ekstraksi ini
pelarut yang sama dipakai berulang-ulang sampai proses ekstraksi selesai
2.
Ekstraksi bertahap
(Bath Extraction)
Dalam ekstraksi ini pada tiap
tahap selalu dipakai pelarut yang baru sampai proses ekstraksi selesai
Dalam proses ekstraksi padat-cair
diperlukan kontak yang sangat lama antara pelarut dan padatan. Seperti sudah
dinyatakan di atas bahwa proses ini paling banyak ditemui di dalam usaha untuk
mengisolasi suatu substansi yang terkandung di dalam suatu bahan alam, sehingga
yang berperan penting dalam menentukan sempurnanya proses ekstraksi ini adalah
sifat-sifat bahan alam tersebut dan juga bahan yang akan diekstraksi.
Maserasi
adalah suatu contoh metode ekstraksi padat-cair bertahap yang dilakukan
dengan jalan membiarkan padatan terendam dalam suatu pelarut. Proses perendaman
dalam usaha mengekstraksi suatu substansi dari bahan alam ini bisa dilakukan
tanpa pemanasan (pada temperatur kamar), dengan pemanasan atau bahkan pada suhu
pendidihan. Sesudah disaring, residu dapat diekstraksi kembali menggunakan
pelarut yang baru. Pelarut yang baru dalam hal ini bukan mesti berarti berbeda
zat dengan pelarut yang terdahulu tetapi bisa pelarut dari zat yang sama.
Proses ini bisa diulang beberapa kali menurut kebutuhan.
Jika maserasi dilakukan dengan pelarut air, maka
diperlukan proses ekstraksi lebih lanjut, yaitu ekstraksi fasa air yang
diperoleh dengan pelarut organik. Jika maserasi langsung dilakukan dengan
pelarut organik maka filtrat hasil ekstraksi dikumpulkan menjadi satu, kemudian
dievaporasi atau didestilasi. Selanjutnya dapat dilakukan proses pemisahan
dengan kromatografi atau rekristalisasi langsung.
Salah satu keuntungan metode maserasi adalah cepat,
terutama jika maserasi dilakukan pada suhu didih pelarut. Meskipun demikian,
metode ini tidak selalu efektif dan efisien. Waktu rendam bahan dalam pelarut
bervariasi antara 15-30 menit tetapi kadang-kadang bisa sampai 24 jam. Jumlah
pelarut yang diperlukan juga cukup besar, berkisar antara 10-20 kali jumlah
sampel.
Metode ekstraksi padat-cair yang berkesinambungan
memerlukan waktu yang lebih lama dalam pelaksanaannya dibandingkan dengan
metode ekstraksi bertahap, tetapi metode ini memiliki kelebihan bahwa hasil
ekstraksinya biasanya lebih sempurna. Contoh metode ekstraksi
berkesinambungan adalah perkolasi atau liksiviasi, soxhletasi dan
destilasi uap air.
Perkolasi adalah suatu metode yang dilakukan dengan jalan
melewatkan pelarut secara perlahan-lahan sehingga pelarut tersebut bisa menembus
sampel bahan yang biasanya ditampung dalam suatu bahan kertas yang agak tebal
dan berpori dan berbentuk seperti kantong atau sampel ditampung dalam kantong
yang terbuat dari kertas saring.
Gambar 7 merupakan suatu contoh alat untuk metode perkolasi
yang sudah mengalami sedikit modifikasi yang terdiri dari sebuah labu alas
bulat yang dilengkapi dengan suatu kolom kosong di mana sampel ditempatkan.
|
Di atas kolom diletakkan sebuah pendingin. Dengan cara ini
perkolasi menjadi lebih sempurna karena proses ekstraksi dilakukan dengan
pemanasan/pendidihan. Sejumlah pelarut (5-10 kali jumlah sampel) dimasukkan ke
dalam labu alas bulat dan dipanaskan sampai mendidih. Pendingin akan
mengkondensasi uap pelarut yang selanjutnya akan jatuh dan melewati sampel.
Saat pelarut kontak dengan sampel inilah proses ekstraksi senyawa dalam sampel
terjadi. Pelarut yang telah mengadakan kontak dengan sampel dan telah mengekstrak
sampel akan jatuh kembali ke dalam labu alas bulat. Demikian proses berlangsung
berulang-ulang sampai proses ekstraksi selesai.
Kemudian disadari bahwa alat tersebut tidak bisa memberikan
hasil ekstraksi yang memuaskan karena waktu kontak antara pelarut dengan sampel
tidak lama sehingga ekstraksi tidak berlangsung efektif dan efisien. Kemudian
diciptakan alat Soxhlet (Gambar 8)
Gambar
8. Alat Soxhlet
Destilasi Uap Air adalah salah satu metode yang juga
termasuk dalam metode ekstraksi padat-cair yang berkesinambungan. Metode ini
digunakan untuk mengekstraksi senyawa-senyawa bahan alam yang mudah menguap
sehingga dapat terekstrak oleh uap air. Selanjutnya hasil destilasi yang berupa
cairan, campuran antara air dan senyawa-senyawa yang mudah menguap, tersebut
akan mengalami perlakuan lebih lanjut yaitu ekstraksi cair-cair menggunakan
corong pisah.
Sumber : web.unair.ac.id
KROMATOGRAFI
Kromatografi adalah proses pemisahan yang digunakan untuk memisahkan
campuran molekuler berdasarkan perbedaan kecepatan migrasi komponen dan
distribusi molekul-molekul dalam dua fasa diam (adsorben) dan fasa bergerak
(eluen). Dengan perkataan lain prinsip dasar dalam analisa kromatografi adalah
berdasarkan pada prinsip distribusi fasa yakni suatu perpindahan
komponen-komponen zat yang dianalisa dari suatu fasa yang bergerak (eluen)
menuju ke fasa lain yang diam (adsorben) yang dilaluinya. Eluen adalah pelarut
yang dipakai dalam proses migrasi/pergerakan dalam membawa komponen-komponen
zat sampel atau fasa yang bergerak melalui fasa diam dan membawa
komponen-komponen senyawa yang akan dipisahkan. Sedangkan adsorben adalah fasa
diam yang mengikuti/menyerap zat yang dianalisa, contohnya kertas, kanji,
selulosa, silika gel, dll. Distribusi fasa atau perpindahan molekul suatu
komponen dari fasa yang bergerak menuju ke fasa diam yang dilaluinya merupakan
suatu proses kesetimbangan. Apabila tetapan kesetimbangan dari molekul
komponen-komponen dari zat yang akan dianalisa terhadap ke dua fasa yang
bergerak dan fasa diam yang dilaluinya berbeda, maka akan terjadi pemisahan
komponen-komponen tersebut. Bila suatu komponen mempunyai daya ikat pada fasa
diam yang dilaluinya lebih besar, maka komponen tersebut akan lebih dahulu terikat/diadsorbsi
oleh fasa padat daripada komponen yang lainnya. Sebagai hasil analisa
kromatografi, daerah pemisahan komponen pada fasa diam akan berupa pita lurus.
Distribusi molekul dapat berupa distribusi fasa adsorbsi dan distribusi fasa partisi. Distribusi fasa adsorbsi yaitu distribusi fasa yang terjadi karena adanya perbedaan daya adsorbsi komponen-komponen pada fasa padat. Sedangkan distribusi fasa partisi yaitu distribusi fasa yang terjadi karena perbedaan kelarutan komponen-komponen dalam pelarut-pelarut yang tidak saling melarutkan. Kromatografi dapat digunakan untuk sbb:
1.Menentukan konsentrasi suatu zat sampel.
Distribusi molekul dapat berupa distribusi fasa adsorbsi dan distribusi fasa partisi. Distribusi fasa adsorbsi yaitu distribusi fasa yang terjadi karena adanya perbedaan daya adsorbsi komponen-komponen pada fasa padat. Sedangkan distribusi fasa partisi yaitu distribusi fasa yang terjadi karena perbedaan kelarutan komponen-komponen dalam pelarut-pelarut yang tidak saling melarutkan. Kromatografi dapat digunakan untuk sbb:
1.Menentukan konsentrasi suatu zat sampel.
2.Menentukan
kemurnian zat sampel.
3.Memisahkan
komponen-komponen yang terdapat dalam suatu zat.
4.Menentukan
komponen-komponen yang terdapat dalam suatu zat sampel dengan
menghitung
harga Rf (Ratio formation) tiap komponen.
Rf
= Jarak titik awal ke titik noda dibagi Jarak titik awal ke titik akhir
pergerakan eluen
Dengan demikian menurut gambar di atas, Rf = a/b. Harga Rf dipengaruhi oleh keadaan zat sampel, temperatur, dan jenis komponen.
Keakuratan hasil pemisahan dengan kromatografi bergantung pada beberapa faktor sbb:
- Pemilihan adsorben sebagai fasa diam.
- Kepolaran pelarut atau pemilihan pelarut yang sesuai dengan fasa gerak.
- Ukuran kolom (panjang dan diameter) relatif terhadap jumlah material yang akan dipisahkan.
- Laju elusi atau aliran fasa gerak.
Analisa kromatografi dapat dibagi
menjadi kromatografi kertas, kromatografi gas, kromatografi lempeng tipis, dan
kromatografi kolom.
- Kromatografi kertas
Adalah kromatografi atau pemisahan komponen-komponen zat
dari campuran berdasarkan distribusi partisi cair-cair. Pada analisa
kromatografi kertas, molekul komponen sebagian terdistribusi dalam zat cair
yang polar yakni air yang mudah teradsorpsi oleh kertas, dan sebagian komponen
terdistribusi dalam eluen yang akan mengalir naik ke ujung kertas bagian atas.
Komponen-komponen suatu senyawa yang akan dianalisa dapat dipisahkan dan
dibedakan dengan harga Rf-nya. Bagian-bagian yang mudah terdistribusi dalam air
akan cepat teradsorpsi oleh kertas dan perjalanan/migrasinya lebih pendek.
Sedangkan bagian-bagian yang tidak terdistribusi dalam air, melainkan dalam
eluen, maka akan terus mengalir ke atas dan perjalannya lebih jauh, dengan perkataan
lain Rf-nya lebih besar daripada bagian yang sebelumnya yang
perjalanan/migrasinya lebih pendek. Noda-noda komponen yang terdapat dalam
senyawa yang dianalisa akan berderet ke atas pada satu garis atau pita lurus.
Eluen dibiarkan naik sampai mendekati pinggiran atas dari kertas, kemudian
diberi tanda dengan garis.
Kromatografi kertas dapat digunakan untuk keperluan
identifikasi (analisa kualitatif, seperti untuk analisa tinta), penetapan kadar
zat (analisa kuantitatif), pemurnian senyawa (pekerjaan preparatif), untuk
menganalisa asam-asam amino yang terdapat dalam suatu protein.
Cara melakukan percobaan kromatografi kertas sbb:
Cara melakukan percobaan kromatografi kertas sbb:
Gunting kertas kromatografi berukuran 1,5 x 12 cm (sesuai
dengan tabung kromatografi yang tersedia), lubangi salah satu ujungnya untuk
menggantungkan penyangga. Beri tanda garis kurang lebih 1 cm dari ujung kertas
bagian bawah dengan pensil. Teteskan zat sampel yang akan diperiksa komponennya
pada garis batas tersebut dengan menggunakan bantuan pipa kapiler, keringkan
dan ulangi penetesan ± 3x. Pasang tabung kromatogram (tabung reaksi besar) pada
statif seperti gambar di bawah ini.
Selanjutnya isi dengan eluen yang sesuai dengan komponen
yang akan dipisahkan (cari dalam textbook atau handbook). Ingat dinding tabung tidak
boleh basah. Masukan kertas kromatogram tersebut ke dalam tabung kromatogram,
atur penyangga sehingga kertas kena eluen (eluen tidak boleh kena pada noda).
Biarkan eluen naik sampai mendekati ujung kertas kromatogram, kemudian angkat
dan beri tanda batas akhir eluen, lalu keringkan. Apabila noda yang dihasilkan
belum jelas semprot dengan pereaksi yang cocok. Hitung Rf-nya dan tentukan
berapa komponen yang terdapat dalam zat sampel.
- Kromatografi lempeng tipis (KLT)
Adalah kromatografi atau pemisahan komponen-komponen zat
dari campuran berdasarkan pada jenis distribusi fasa adsorbsi cair-padat.
Sebagai fasa padat atau adsorbennya berupa lapisan tipis bubur alumina atau
silika gel yang menempel pada permukaan selembar lempengan kaca atau selembar
plastik kaku. Sedangkan sebagai fasa cairnya ialah eluen yang digunakan untuk
membawa zat yang akan diperiksa bergerak melalui fasa padat. KLT digunakan
untuk menganalisa suatu senyawa, untuk mengetahui komponen-komponen senyawa
tersebut dengan menghitung Rf komponen-komponen yang ada. Disamping itu dapat
juga digunakan untuk menentukan eluen yang paling cocok bagi suatu senyawa
dalam kromatografi kolom.
Cara membuat lempeng tipis:
- Cuci lempeng kaca (slide mikroskop) dengan air sabun, kemudian dengan metanol, keringkan. Campurkan 35 gram silika gel dan 1 gram kanji, haluskan dan aduk sampai merata, kemudian masukan ke dalam 100 ml kloroform-metanol (2:1) dalam botol tertutup, aduk sampai merata. Ambil 2 buah slide yang dipegang dalam posisi saling berhimpitan, kemudian masukan slide itu ke dalam suspensi tersebut, tariklah pelan-pelan, biarkan mengering dan bila sudah cukup kering maka pisahkan ke dua slide dan letakan perlahan-lahan.
- Buat bubur aluminium atau silika gel yang dicampur dengan kanji (kalsium sulfat) dan air, dengan perbandingan 30:1:65, aduk sampai merata. Pasang slide pada alat seperti di bawah ini.
Tuangkan campuran ke atas slide
tersebut, ratakan dengan menggunakan batang pengaduk. Ambil slide tersebut,
letakan dan biarkan mengering secara perlahan-lahan. KLT tersebut sebelum
digunakan panaskan terlebih dahulu pada suhu 1100C selama ±15 menit.
Cara
melakukan percobaan KLT:
Letakan
KLT di atas kertas yang telah diberi gambar KLT dengan tanda garis ± 1cm dari
bagian bawah. Teteskan zat sampel dengan pipa kapiler di atas garis tersebut,
keringkan, ulangi penetesan 3x. Masukan KLT ke dalam gelas kimia yang berisi
eluen dan pinggirannya telah dilapisi kertas saring, tutup gelas kimia dengan
gelas arloji (noda tidak boleh kena pada eluen). Biarkan eluen naik sampai
mendekati ujung kertas KLT, kemudian angkat dan letakan kembali di atas kertas
seperti langkah pertama. Beri tanda pada kertas batas akhir eluen, keringkan.
Apabila noda tidak jelas semprot dengan pereaksi yang cocok. Kemudian letakan kembali
di atas kertas. Beri tanda letak noda pada kertas tersebut. Tentukan banyaknya
komponen dan hitung Rf masing-masing noda. Perhatikan gambar di bawah ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar