Rabu, 30 September 2015

PENGOPERASIAN ALAT DI LABORATORIUM

Daftar Pustaka Ayu Mutiah. 2014. Cara Memakai dan Melepas Sarung Tangan. https://www.youtube.com/watch?v=4bERvhhZLR4. Diakses pada tanggal 30 September 2015 pukul 15.09 WIB.

PRAKTIKUM KIMIA SEDERHANA

Daftar Pustaka Anonim. 2014. Percobaan Sains : membuat es secepat kilat. https://www.youtube.com/watch?v=Ye6u9EG_9rg. Diakses pada tanggal 30 September 2015 pukul 14.34 WIB. Anonim. 2014. Percobaan Kimia yang Sederhana, Menarik, dan Menyenangkan untuk dicoba. https://www.youtube.com/watch?v=dnh3pYvxKpw. Diakses pada tanggal 30 September 2015 pukul 15.19 WIB.

K3

Daftar Pustaka Anonim. 2013. Lab Techniques & Safety: Crash Course Chemistry #21. https://www.youtube.com/watch?v=VRWRmIEHr3A. Diakses pada tanggal 30 September 2015 pukul 15.10 WIB. Djalu Ranadhi. 2012. Safety Laboratory, Kimia MIPA UI. https://www.youtube.com/watch?v=BCsx0jjhA-c. Diakses pada tanggal 05 Oktober 2015 pukul 15.05 WIB.

Sabtu, 26 September 2015

DESTILASI-EKSTRAKSI-KROMATOGRAFI


DESTILASI
Destilasi adalah suatu proses pemisahan termal untuk memisahkan komponen-komponen yang mudah menguap dari suatu campuran cair dengan cara menguapkannya, yang diikuti dengan kondensasi uap yang terbentuk dan menampung kondensat yang dihasilkan.
Apabila yang didinginkan adalah bagian campuran yang tidak teruapkan dan bukan destilatnya, maka proses tersebut biasanya dinamakan pengentalan dengan evaporasi. Dalam hal ini sering kali bukan pemisahan yang sempurna yang dikehendaki, melainkan peningkatan konsentrasi bahan-bahan yang terlarut dengan cara menguapkan sebagian dari pelarut. Sering kali destilasi digunakan semta-mata sebagai tahap awal dari suatu proses rektifikaasi. Dalam hal ini campuran dipisahkan menjadi dua, yaitu bagian yang mudah menguap dan bagian yang sukar menguap. Kemudian masing-masing bagian diolah lebih lanjut dengan cara rektifikasi. Uap yang dikeluarkan dari campuran disebut sebagai uap bebas, kondensat yang jatuh sebagai destilat dari bagian cairan yang tidak menguap sebagai residu. Biasanya destilat digunakan untuk menarik senyawa organic yang titik didihnya dibawah 250 0C, pendestilasian senyawa-senyawa yang titik didihnya tinggi dikuatirkan akan rusak oleh pemanasan sehingga tidak cocok untuk ditarik dengan teknik destilasi.
Prinsip dan Proses Kerja Destilasi
1. Prinsip Destilasi
Pada prinsipnya pemisahan dalam suatu proses destilasi terjadi karena penguapan salah satu komponen dari campuran, artinya dengan cara mengubah bagian-bagian yang sama dari keadaan cair menjadi berbentuk uap. Dengan demikian persyarannya adalah kemudahan menguap ( volatilitas ) dari komponen yang akan dipisahkan berbeda satu dengan yang lainnya. Pada campuran bahan padat dalam cairan, persyaratan tersebut praktis selalu terpenuhi. Sebaliknya, pada larutan cairan dalam cairan biasanya tidak mungkin dicapai sempurna, karena semua komponen pada titik didih campuran akan mempunyai tekanan uap yang besar. Destilat yang murni praktis hanya dapat diperoleh jika cairan yang sukar menguap mempunyai tekanan uap yang kecil sekali sehingga dapat diabaikan.
2. Proses Destilasi
Penguapan dan destilasi umumnya merupakan proses pemisahan satu tahap. Proses ini dapat dilakukan secara tak kontinu atau kontinu, pada tekanan normal ataupun vakum. Pada destilasi sederhana, yang paling sering dilakukan adalah operasi taak kontinu. Dalam hal ini campuran yang akan dipisahkan dimasukkan kedalam alat penguap dan dididihkan. Pendidihan terus dilangsungkan hingga sejumlah tertentu komponen yang mudah menguap terpisahkan. Proses pendidihan erat hubungannya dengan kehadiran udara permukaan. Pendidihan akan terjadi pada suhu dimana tekanan uap dari larutan sama dengan tekanan udara di permukaan cairan.
Secara umum proses yang terjadi pada destilasi sederhana atau biasa yaitu :
  • Penguapan komponen yang mudah menguap dari campuran dalam alat penguap
  • Pengeluaran uap yang terbentuk melalui sebuah pipa uap yang lebar dan kosong tanpa perpindahan panas dan pemindahan massa yang disengaja atau dipaksakan yang dapat menyebabkan kondensat mengalir kembali ke  lat penguap.
  • Jika perlu, tetes-tetes cairan yang sukar menguap yang ikut terbawa dalam uap dipisahkan dengan bantuan siklon dan disalurkan kembali kedalam alat penguap.
  •  Kondensasi uap dalam sebuah kondensor
  • Pendingin lanjut dari destilat panas dalam sebuah alat pendingin
  •  Penampungan destilat dalam sebuah bejana
  • Pengeluaran residu dari alat penguap
  • Pendinginan lanjut dari residu yang dikeluarkan Penampungan residu dalam sebuah bejana.
PERISTIWA YANG TERJADI PADA PROSES DESTILASI

Masalah yang ditemui dalam destilasi adalah : “terbentuknya campuran Azeotrop yang merupakan campuran yang sulit dipisahkan”.
Campuran Azeotrop ialah : campuran dengan titik didih yang konstan.
Dalam hal ini larutan yang terdiri dari dua jenis cairan dengan perbandingan tertentu saat dididihkan menghasilkan uap dengan komposisi yang tepat sama seperti larutan tersebut. Karena tidak terjasi pengayaan pada uap ( baik dari komponen yang mudah menguap atau sukar menguap ), maka titik didih campuran ettap konstan. Sering kali titik azeotrop tercapai setelah proses penguapn yaitu setelah sejumlah tertentu komponen yang mudah atau sukar menguap terpisahkan.
Cara yang ditempuh untuk mengatasi campuran azeotrop yaitu :
  1. Menambahkan zat ketiga, sehingga terjadi campuran azeotrop baru. Campuran azeotrop baru direfluks dan di destilasi kembali. Cnth : alkohol + air –> azeotrop Alkohol + air + benzene –> azeotrop baru
  2. Menambahkan suatu zat yang dapat mengikat salah satunya. Cnth : alkohol dan air Alkohol + air + CaO –> alkohol + Ca(OH)2
Peralatan Destilasi
Peralatan destilasi yang paling sederhana terdiri atas :
a) Penguap ( alat penguap labu, pipa atau lapisan tipis )
b) Pipa uap
c) Siklon bila perlu
d) Kondensor berupa alat penukar panas tak langsung
e) Penampung Tergantung pada jenis destilasi, kadang-kadang diperlukan alat-alat lain seperti pompa vakum ( untuk destilasi vakum ), pompa cairan ( pada destilasi kontinu ), dekander, dan alat-alat penguap khusus.

Jenis-Jenis alat destilasi yang digunakan :

Destilasi Molekuler


Destilasi Uap




Destilasi refluks
Macam teknik destilasi
1. Destilasi normal
Destilasi normal berguna untuk mendestilasi zat-zat yang dapat menguap dengan titik didihnya dibawah 1300C.  Pada destilasi normal pendidihan akan terjadi bila tekanan uap dari cairan yang dipanaskan sudah sama dengan tekanan udara dipermukaan cairan. Dalam proses destilasi, jika media panas digunakan cairan maka seluruh labu destilasi hendaklah terbenam, sehingga zat yang akan didestilasi mudah terangkat.
Destilasi normal ini dapat digunakan untuk menarik minyak atsirih, tapi dengan menggunakan pendingin tegak.
2. Destilasi uap
Destialsi uap digunakan untuk suatu zat yang mudah terurai atau rusak pada titik didihnya. Caranya tekanan up cairan yang akan didestilasi ditambah tekanannya melalui pemberian uap yang bertekanan tinggi. Mengapa tidak didestilasi vakum saja? Karena jika didestialsi vakum maka zat yang didinginkan akan terisap ke vakum. Oleh karena itu sebaiknya didestilasi uap. Pada destilasi uap titik didih yang rendah menjadi lebih rendah, karena adanya tekanan tambahan dari cairan. Kedalam labu pembuat uap tambahan, hendaklah diberikan pipa kapiler yang mencelup kedalam cairan yang diuapkan, yang jika tekanan terlalu tinggi, maka tekanannya dapat dialirkan melalui pipa kapiler tersebut.
3. Destialsi vakum
Destialsi vakum dutunjukkan untuk menarik senyawa yang titik didihnya tinggi. Dengan dikuranginya udara permukaan cairan, maka pendidihan akan terjadi pada tekanan uap yang lebih rendah. Bila bekerja dengan mesin pembuat vakum, antara mesin dal alat destilasi hendaklah dipasang perangkap dan dan didinginkan pada suhu 50oC dibawah nol. Jika tidak , akan ada senyawa yang ditarik ke dalam mesin, dan akan menyebabkan mesin menjadi lebih cepat aus


EKSTRAKSI
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan substansi dari campurannya dengan menggunakan pelarut yang sesuai.
Berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi, dapat dibedakan dua macam ekstraksi yaitu :
  1. Ekstraksi padat-cair jika substansi yang diekstraksi terdapat di dalam campurannya yang berbentuk padat. Proses ini paling banyak ditemui di dalam usaha untuk mengisolasi suatu substansi yang terkandung di dalam suatu bahan alam. Oleh karena itu, hanya proses ektraksi ini yang akan dibahas dalam bab ini.
  2. Ekstraksi cair-cair jika substansi yang diekstraksi terdapat di dalam campurannya yang berbentuk cair
Berdasarkan proses pelaksanaannya ekstraksi dapat dibedakan :
1.         Ekstraksi yang berkesinambungan (Continous Extraction)
Dalam ekstraksi ini pelarut yang sama dipakai berulang-ulang sampai proses ekstraksi selesai
2.         Ekstraksi bertahap (Bath Extraction)
Dalam ekstraksi ini pada tiap tahap selalu dipakai pelarut yang baru sampai proses ekstraksi selesai
Dalam proses ekstraksi padat-cair diperlukan kontak yang sangat lama antara pelarut dan padatan. Seperti sudah dinyatakan di atas bahwa proses ini paling banyak ditemui di dalam usaha untuk mengisolasi suatu substansi yang terkandung di dalam suatu bahan alam, sehingga yang berperan penting dalam menentukan sempurnanya proses ekstraksi ini adalah sifat-sifat bahan alam tersebut dan juga bahan yang akan diekstraksi.
Maserasi adalah suatu contoh metode ekstraksi padat-cair bertahap yang dilakukan dengan jalan membiarkan padatan terendam dalam suatu pelarut. Proses perendaman dalam usaha mengekstraksi suatu substansi dari bahan alam ini bisa dilakukan tanpa pemanasan (pada temperatur kamar), dengan pemanasan atau bahkan pada suhu pendidihan. Sesudah disaring, residu dapat diekstraksi kembali menggunakan pelarut yang baru. Pelarut yang baru dalam hal ini bukan mesti berarti berbeda zat dengan pelarut yang terdahulu tetapi bisa pelarut dari zat yang sama. Proses ini bisa diulang beberapa kali menurut kebutuhan.
Jika maserasi dilakukan dengan pelarut air, maka diperlukan proses ekstraksi lebih lanjut, yaitu ekstraksi fasa air yang diperoleh dengan pelarut organik. Jika maserasi langsung dilakukan dengan pelarut organik maka filtrat hasil ekstraksi dikumpulkan menjadi satu, kemudian dievaporasi atau didestilasi. Selanjutnya dapat dilakukan proses pemisahan dengan kromatografi atau rekristalisasi langsung.
Salah satu keuntungan metode maserasi adalah cepat, terutama jika maserasi dilakukan pada suhu didih pelarut. Meskipun demikian, metode ini tidak selalu efektif dan efisien. Waktu rendam bahan dalam pelarut bervariasi antara 15-30 menit tetapi kadang-kadang bisa sampai 24 jam. Jumlah pelarut yang diperlukan juga cukup besar, berkisar antara 10-20 kali jumlah sampel.
Metode ekstraksi padat-cair yang berkesinambungan memerlukan waktu yang lebih lama dalam pelaksanaannya dibandingkan dengan metode ekstraksi bertahap, tetapi metode ini memiliki kelebihan bahwa hasil ekstraksinya biasanya lebih sempurna. Contoh metode ekstraksi berkesinambungan adalah perkolasi atau liksiviasi, soxhletasi dan destilasi uap air.
Perkolasi adalah suatu metode yang dilakukan dengan jalan melewatkan pelarut secara perlahan-lahan sehingga pelarut tersebut bisa menembus sampel bahan yang biasanya ditampung dalam suatu bahan kertas yang agak tebal dan berpori dan berbentuk seperti kantong atau sampel ditampung dalam kantong yang terbuat dari kertas saring.
Gambar 7 merupakan suatu contoh alat untuk metode perkolasi yang sudah mengalami sedikit modifikasi yang terdiri dari sebuah labu alas bulat yang dilengkapi dengan suatu kolom kosong di mana sampel ditempatkan.


Gambar 7 :  Alat sederhana untuk ekstraksi padat-cair berksinambungan
Di atas kolom diletakkan sebuah pendingin. Dengan cara ini perkolasi menjadi lebih sempurna karena proses ekstraksi dilakukan dengan pemanasan/pendidihan. Sejumlah pelarut (5-10 kali jumlah sampel) dimasukkan ke dalam labu alas bulat dan dipanaskan sampai mendidih. Pendingin akan mengkondensasi uap pelarut yang selanjutnya akan jatuh dan melewati sampel. Saat pelarut kontak dengan sampel inilah proses ekstraksi senyawa dalam sampel terjadi. Pelarut yang telah mengadakan kontak dengan sampel dan telah mengekstrak sampel akan jatuh kembali ke dalam labu alas bulat. Demikian proses berlangsung berulang-ulang sampai proses ekstraksi selesai.
Kemudian disadari bahwa alat tersebut tidak bisa memberikan hasil ekstraksi yang memuaskan karena waktu kontak antara pelarut dengan sampel tidak lama sehingga ekstraksi tidak berlangsung efektif dan efisien. Kemudian diciptakan alat Soxhlet (Gambar 8)
Gambar 8. Alat Soxhlet

Kelebihan dari kedua alat tersebut adalah karena pelarut yang terkondensasi akan terakumulasi dalam wadah di mana sampel berada sehingga waktu kontak antara pelarut dan sampel berlangsung lama. Ketika tinggi pelarut dalam penampungan telah mencapai batas tertentu, maka pelarut akan meninggalkan penampungan dan masuk kembali ke dalam labu alas bulat sambil membawa zat-zat yang telah terekstrak dari sampel. Tetapi apapun alat yang digunakan, lamanya ekstraksi sangat bervariasi bergantung pada lama tidaknya zat-zat dapat terekstrak dari sampel dan terlarut dalam pelarut.
Destilasi Uap Air adalah salah satu metode yang juga termasuk dalam metode ekstraksi padat-cair yang berkesinambungan. Metode ini digunakan untuk mengekstraksi senyawa-senyawa bahan alam yang mudah menguap sehingga dapat terekstrak oleh uap air. Selanjutnya hasil destilasi yang berupa cairan, campuran antara air dan senyawa-senyawa yang mudah menguap, tersebut akan mengalami perlakuan lebih lanjut yaitu ekstraksi cair-cair menggunakan corong pisah.
 Sumber : web.unair.ac.id
 
KROMATOGRAFI
Kromatografi adalah proses pemisahan yang digunakan untuk memisahkan campuran molekuler berdasarkan perbedaan kecepatan migrasi komponen dan distribusi molekul-molekul dalam dua fasa diam (adsorben) dan fasa bergerak (eluen). Dengan perkataan lain prinsip dasar dalam analisa kromatografi adalah berdasarkan pada prinsip distribusi fasa yakni suatu perpindahan komponen-komponen zat yang dianalisa dari suatu fasa yang bergerak (eluen) menuju ke fasa lain yang diam (adsorben) yang dilaluinya. Eluen adalah pelarut yang dipakai dalam proses migrasi/pergerakan dalam membawa komponen-komponen zat sampel atau fasa yang bergerak melalui fasa diam dan membawa komponen-komponen senyawa yang akan dipisahkan. Sedangkan adsorben adalah fasa diam yang mengikuti/menyerap zat yang dianalisa, contohnya kertas, kanji, selulosa, silika gel, dll. Distribusi fasa atau perpindahan molekul suatu komponen dari fasa yang bergerak menuju ke fasa diam yang dilaluinya merupakan suatu proses kesetimbangan. Apabila tetapan kesetimbangan dari molekul komponen-komponen dari zat yang akan dianalisa terhadap ke dua fasa yang bergerak dan fasa diam yang dilaluinya berbeda, maka akan terjadi pemisahan komponen-komponen tersebut. Bila suatu komponen mempunyai daya ikat pada fasa diam yang dilaluinya lebih besar, maka komponen tersebut akan lebih dahulu terikat/diadsorbsi oleh fasa padat daripada komponen yang lainnya. Sebagai hasil analisa kromatografi, daerah pemisahan komponen pada fasa diam akan berupa pita lurus.
            Distribusi molekul dapat berupa distribusi fasa adsorbsi dan distribusi fasa partisi. Distribusi fasa adsorbsi yaitu distribusi fasa yang terjadi karena adanya perbedaan daya adsorbsi komponen-komponen pada fasa padat. Sedangkan distribusi fasa partisi yaitu distribusi fasa yang terjadi karena perbedaan kelarutan komponen-komponen dalam pelarut-pelarut yang tidak saling melarutkan. Kromatografi dapat digunakan untuk sbb:
1.Menentukan konsentrasi suatu zat sampel.
2.Menentukan kemurnian zat sampel.
3.Memisahkan komponen-komponen yang terdapat dalam suatu zat.
4.Menentukan komponen-komponen yang terdapat dalam suatu zat sampel dengan
menghitung harga Rf (Ratio formation) tiap komponen.
Rf = Jarak titik awal ke titik noda dibagi Jarak titik awal ke titik akhir pergerakan eluen
 
Dengan demikian menurut gambar di atas, Rf = a/b. Harga Rf dipengaruhi oleh keadaan zat sampel, temperatur, dan jenis komponen.
Keakuratan hasil pemisahan dengan kromatografi bergantung pada beberapa faktor sbb:
  1. Pemilihan adsorben sebagai fasa diam.
  2. Kepolaran pelarut atau pemilihan pelarut yang sesuai dengan fasa gerak.
  3. Ukuran kolom (panjang dan diameter) relatif terhadap jumlah material yang akan dipisahkan.
  4. Laju elusi atau aliran fasa gerak.
Analisa kromatografi dapat dibagi menjadi kromatografi kertas, kromatografi gas, kromatografi lempeng tipis, dan kromatografi kolom.

  1. Kromatografi kertas
Adalah kromatografi atau pemisahan komponen-komponen zat dari campuran berdasarkan distribusi partisi cair-cair. Pada analisa kromatografi kertas, molekul komponen sebagian terdistribusi dalam zat cair yang polar yakni air yang mudah teradsorpsi oleh kertas, dan sebagian komponen terdistribusi dalam eluen yang akan mengalir naik ke ujung kertas bagian atas. Komponen-komponen suatu senyawa yang akan dianalisa dapat dipisahkan dan dibedakan dengan harga Rf-nya. Bagian-bagian yang mudah terdistribusi dalam air akan cepat teradsorpsi oleh kertas dan perjalanan/migrasinya lebih pendek. Sedangkan bagian-bagian yang tidak terdistribusi dalam air, melainkan dalam eluen, maka akan terus mengalir ke atas dan perjalannya lebih jauh, dengan perkataan lain Rf-nya lebih besar daripada bagian yang sebelumnya yang perjalanan/migrasinya lebih pendek. Noda-noda komponen yang terdapat dalam senyawa yang dianalisa akan berderet ke atas pada satu garis atau pita lurus. Eluen dibiarkan naik sampai mendekati pinggiran atas dari kertas, kemudian diberi tanda dengan garis.
Kromatografi kertas dapat digunakan untuk keperluan identifikasi (analisa kualitatif, seperti untuk analisa tinta), penetapan kadar zat (analisa kuantitatif), pemurnian senyawa (pekerjaan preparatif), untuk menganalisa asam-asam amino yang terdapat dalam suatu protein.
Cara melakukan percobaan kromatografi kertas sbb:
Gunting kertas kromatografi berukuran 1,5 x 12 cm (sesuai dengan tabung kromatografi yang tersedia), lubangi salah satu ujungnya untuk menggantungkan penyangga. Beri tanda garis kurang lebih 1 cm dari ujung kertas bagian bawah dengan pensil. Teteskan zat sampel yang akan diperiksa komponennya pada garis batas tersebut dengan menggunakan bantuan pipa kapiler, keringkan dan ulangi penetesan ± 3x. Pasang tabung kromatogram (tabung reaksi besar) pada statif seperti gambar di bawah ini.
Selanjutnya isi dengan eluen yang sesuai dengan komponen yang akan dipisahkan (cari dalam textbook atau handbook). Ingat dinding tabung tidak boleh basah. Masukan kertas kromatogram tersebut ke dalam tabung kromatogram, atur penyangga sehingga kertas kena eluen (eluen tidak boleh kena pada noda). Biarkan eluen naik sampai mendekati ujung kertas kromatogram, kemudian angkat dan beri tanda batas akhir eluen, lalu keringkan. Apabila noda yang dihasilkan belum jelas semprot dengan pereaksi yang cocok. Hitung Rf-nya dan tentukan berapa komponen yang terdapat dalam zat sampel.

  1. Kromatografi lempeng tipis (KLT)
Adalah kromatografi atau pemisahan komponen-komponen zat dari campuran berdasarkan pada jenis distribusi fasa adsorbsi cair-padat. Sebagai fasa padat atau adsorbennya berupa lapisan tipis bubur alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan selembar lempengan kaca atau selembar plastik kaku. Sedangkan sebagai fasa cairnya ialah eluen yang digunakan untuk membawa zat yang akan diperiksa bergerak melalui fasa padat. KLT digunakan untuk menganalisa suatu senyawa, untuk mengetahui komponen-komponen senyawa tersebut dengan menghitung Rf komponen-komponen yang ada. Disamping itu dapat juga digunakan untuk menentukan eluen yang paling cocok bagi suatu senyawa dalam kromatografi kolom.

Cara membuat lempeng tipis:
  1. Cuci lempeng kaca (slide mikroskop) dengan air sabun, kemudian dengan metanol, keringkan. Campurkan 35 gram silika gel dan 1 gram kanji, haluskan dan aduk sampai merata, kemudian masukan ke dalam 100 ml kloroform-metanol (2:1) dalam botol tertutup, aduk sampai merata. Ambil 2 buah slide yang dipegang dalam posisi saling berhimpitan, kemudian masukan slide itu ke dalam suspensi tersebut, tariklah pelan-pelan, biarkan mengering dan bila sudah cukup kering maka pisahkan ke dua slide dan letakan perlahan-lahan.
  2. Buat bubur aluminium atau silika gel yang dicampur dengan kanji (kalsium sulfat) dan air, dengan perbandingan 30:1:65, aduk sampai merata. Pasang slide pada alat seperti di bawah ini.




Tuangkan campuran ke atas slide tersebut, ratakan dengan menggunakan batang pengaduk. Ambil slide tersebut, letakan dan biarkan mengering secara perlahan-lahan. KLT tersebut sebelum digunakan panaskan terlebih dahulu pada suhu 1100C selama ±15 menit.

Cara melakukan percobaan KLT:
Letakan KLT di atas kertas yang telah diberi gambar KLT dengan tanda garis ± 1cm dari bagian bawah. Teteskan zat sampel dengan pipa kapiler di atas garis tersebut, keringkan, ulangi penetesan 3x. Masukan KLT ke dalam gelas kimia yang berisi eluen dan pinggirannya telah dilapisi kertas saring, tutup gelas kimia dengan gelas arloji (noda tidak boleh kena pada eluen). Biarkan eluen naik sampai mendekati ujung kertas KLT, kemudian angkat dan letakan kembali di atas kertas seperti langkah pertama. Beri tanda pada kertas batas akhir eluen, keringkan. Apabila noda tidak jelas semprot dengan pereaksi yang cocok. Kemudian letakan kembali di atas kertas. Beri tanda letak noda pada kertas tersebut. Tentukan banyaknya komponen dan hitung Rf masing-masing noda. Perhatikan gambar di bawah ini.







ALAT PELINDUNG DIRI DI LABORATORIUM

Alat Pelindung Diri adalah salah satu alat yang harus tersedia di laboratorium. Digunakan untuk perlindungan badan,  mata, pernapasan dan kaki. Peralatan dan pakaian perlindungan diri adalah suatu penghalang untuk memperkecil resiko paparan terhadap aerosol, percikan dan inokulasi tak sengaja. Pakaian dan peralatan yang dipilih bergantung pada tempat pekerjaan dilakukan. Pakaian pelindung harus dikenakan ketika bekerja di laboratorium. Sebelum meninggalkan laboratorium, pakaian pelindung harus dibuka, dan tangan harus dicuci.

Perlindungan Badan
Jas Laboratorium lebih baik seluruhnya tertutup dengan kancing.  Namun, jas laboratorium dengan lengan panjang, bukaan di belakang akan memberikan perlindungan lebih baik dibanding jas laboratorium yang umum digunakan dan lebih disarankan untuk digunakan pada laboratorium mikrobiologi  untuk pekerjaan yang berhubungan dengan kabinet Biosafety.
Jas laboratorium dirancang untuk melindungi kulit dan pakaian dari bahan kimia yang mungkin tumpah. Jas  ini harus selalu dipakai dan lebih baik jika panjangnya selutut. Ada beberapa jenis mantel laboratorium yang berbeda untuk jenis perlindungan yang berbeda;
·       Kapas melindungi dari objek inhalasi, tepian yang keras atau tajam dan pada umumnya perlindungan terhadap api
·         Wol melindungi dari percikan bahan yang dicairkan, cuka dalam jumlah kecil, dan nyala api kecil
·         Serat Buatan melindungi dari percikan dan radiasi inframerah atau ultra ungu.
·         Bahan anti statik
Jas laboratorium dari serat buatan dapat meningkatkan beberapa resiko laboratorium. Sebagai contoh, beberapa bahan pelarut bisa menghancurkan beberapa kelas serat buatan tertentu, dengan demikian mengurangi efek perlindungan dari mantel tersebut. Sebagai tambahan, pada kontak dengan nyala api, beberapa serat buatan akan meleleh. Jas  Laboratorium juga dapat   dibuat dengan snaps/fasteners yang membuat pemakai bisa bergerak cepat dalam suatu keadaan darurat.
Celemek merupakan suatu alternatif untuk mantel laboratorium. Pada umumnya dibuat dari plastik atau karet untuk melindungi pemakai terhadap bahan kimia bersifat menghancurkan. Celemek atau apron harus dikenakan di atas jas laboratorium jika diperlukan untuk memberi perlindungan terhadap tumpahan bahan kimia atau bahan biologi seperti darah atau cairan kultur.

Perlindungan Mata
Pemilihan peralatan untuk melindungi mata dan wajah dari percikan dan dampak dari objek tergantung pada aktivitas yang dilakukan. Perlindungan mata sangat mudah untuk dirasakan karena alat ini berfungsi langsung. Untuk orang-orang yang tidak biasa menggunakan kacamata, sangat tidak nyaman  untuk memakai kacamata, karena bersifat membatasi.
Percikan bahan kimia dan objek terbang mungkin ditemui di setiap waktu di dalam Iingkungan laboratorium. Karena alasan inilah, perlindungan mata sangatlah penting. Penggunaan pelindung mata harus nyaman dipakai, tepat bertengger di mata dan wajah, dan tidak terganggu dengan kegiatan pemakai. Jika diperlukan harus ada tanda di pintu yang menyatakan kewajiban untuk memakai pelindung mata sebelum memasuki ruangan.
Pelindung mata harus dikenakan ketika menggunakan:
·         Benda yang tajam (kaustik), yang bersifat memusnahkan, atau bersifat iritasi
·         Barang pecah belah di ruang hampa atau tekanan yang (ditambah atau dikurangi)
·         Bahan karsinogenik
·         Bahan mudah terbakar
·         Bahan radioaktif
·         Bahan ledak
·         Laser (diperlukan perlindungan lensa khusus) Cahaya UV (diperlukan perlindungan lensa khusus)
·         Biohazards
Pelindung mata juga harus dikenakan ketika melakukan kegiatan : pengelasan, sanding, penggerindaan, pengeboran, penggergajian. Peralatan perlindungan mata harus mudah untuk dibersihkan dan disinfekasi. Pelindung mata harus selalu dijaga dalam kondisi yang baik. Lensa kontak tidak boleh secara rutin dikenakan di laboratorium. Personil Laboratorium yang harus memakai lensa kontak selagi melakukan kerja di laboratorium harus waspada dengan resiko sebagai berikut :
1.  Akan tidak mungkin untuk memindahkan lensa kontak dari mata untuk mengikuti masukan beberapa bahan kimia ke dalam area mata,
2.  Lensa kontak dipasang di mata akan mengganggu prosedur pembilasan,
3.  Lensa kontak bisa menjerat bahan padat di dalam mata. Penggunaan lensa kontak harus dipertimbangkan secara hati-hati, dengan pertimbangan ekstra untuk memilih perlindungan mata yang pas di atas mata dan di sekitar wajah.

Perlindungan Pernapasan
Dikarenakan beberapa prosedur laboratorium tertentu menghasilkan uap beracun dan zat pencemar, diperlukan perlindungan pernapasan di lingkungan pekerjaan. Perlindungan pernapasan digunakan ketika melakukan pekerjaan dengan prosedur beresiko tinggi (misal: pembersihan dari tumpahan bahan terinfeksi). Pemilihan antara masker dan respirator, beserta jenis respirator akan tergantung pada jenis resikonya.
Respirator memiliki saringan yang dapat diganti-ganti sebagai perlindungan terhadap gas, uap, partikulat dan mikroorganisme. Perlu diingat bahwa tidak ada saringan selain dari saringan HEPA yang akan memberi perlindungan terhadap mikroorganisme, sehingga saringan harus disesuaikan benar dengan jenis respirator. Untuk mencapai perlindungan optimal, respirator harus cocok dengan wajah pemakai dan diujikan. Respirator disatukan dengan pemasok udara integral yang menyediakan perlindungan penuh. Dibutuhkan saran dari orang yang berkompeten, misalnya: ahli kesehatan, untuk pemilihan respirator yang benar.
 

Perlindungan Tangan
Pencemaran tangan bisa terjadi ketika prosedur laboratorium dilakukan. Tangan juga sangat peka terhadap luka akibat “benda tajam”. Sarung tangan latek sekali pakai atau jenis sarung tangan untuk operasi berbahan vinil digunakan secara luas untuk pekerjaan laboratorium, dan untuk menangani cairan badan dan darah serta senyawa terinfeksi. Sarung tangan sekali pakai juga bisa digunakan tetapi perhatian lebih harus diberikan pada proses pencucian, pemindahan, pembersihan dan penyuci hamaan.
Sarung tangan harus segera dipindahkan dan tangan harus segera dicuci setelah penanganan bahan terinfeksi, setelah melakukan pekerjaan didalam kabinet Biosafety dan sebelum meninggalkan laboratorium. Sarung tangan sekali pakai harus langsung dimusnahkan bersama dengan limbah laboratorium terinfeksi.
Reaksi alergi seperti infeksi kulit dan hipersensitivitas harus segera dilaporkan di laboratorium dan pekerja lain yang memakai sarung tangan latek, terutama yang menggunakan tepung. Alternatif lain seperti latek bebas tepung atau sarung tangan vinil dapat digunakan jika terjadi masalah.
Merupakan suatu gagasan baik untuk selalu memakai sarung tangan pelindung di dalam laboratorium. Selain bertindak sebagai suatu pelindung antara tangan dengan bahan yang penuh resiko, beberapa sarung tangan juga dapat menyerap peluh atau melindungi tangan dari panas. Karena sarung tangan jenis tertentu dapat hancur jika bersentuhan dengan bahan pelarut, penting untuk memberi perhatian ekstra antara sarung tangan pelindung dengan sifat alami pekerjaan yang akan dilakukan. Sebelum penggunaan, lakukan pemeriksaan untuk memastikan sarung tangan (terutama sarung tangan lateks) ada dalam kondisi yang baik dan bebas dari lubang, dan kebocoran.
Ketika bekerja dengan bahan yang bersifat menghancurkan, kenakan sarung tangan tebal. Ambil tindakan pencegahan ekstra yaitu pengecekan lubang dan kebocoran. Ketika melepas sarung tangan, berhati-hatilah. Buka sarung tangan, mulai dari pergelangan tangan dan bergerak ke arah jari. Jauhkan permukaan sarung tangan dari kontak dengan tangan selama pelepasan. Sarung tangan yang telah terkontaminasi harus dibuang di kontainer berdisain khusus (misal: kontainer radioaktif atau limbah biohazard). Cuci tangan sesegera mungkin setelah pelepasan sarung tangan pelindung.

Perlindungan Kaki
Perlindungan Kaki dirancang untuk mencegah luka-luka dari bahan kimia bersifat menghancurkan, bahan-bahan berat, goncangan elektrik, seperti misalnya memberi daya tarik pada lantai basah. Jika suatu objek bersifat korosif, berbahan kimia atau objek berat jatuh ke lantai, bagian yang paling rentan pada badan adalah kaki. Karena alasan inilah, sepatu yang dengan sepenuhnya menutup dan melindungi kaki, direkomendasikan.
Sepatu buatan pabrik, seperti sepatu tenis, bersifat menyerap cairan. Jika bahan­kimia tumpah di atas sepatu pabrik, buka alas kaki seketika. Ketika memilih alas kaki untuk laboratorium, pilihlah sepatu kokoh yang menutupi seluruh kaki. Hal ini akan menyediakan perlindungan terbaik.
Sepatu jenis berikut tidak boleh dikenakan di laboratorium:sandal,sandal kayu,sepatu tumit tinggi, sepatu yang terbuka.
Jenis jenis alas kaki yang direkomendasikan adalah :
·         Sepatu keselamatan (steel-toed) melindungi dari luka-luka disebabkan oleh dampak dari objek apapun selama aktivitas kerja (misal: pengangkatan bahan yang berat, menggunakan perkakas bertenaga besar, dll).
·       Sepatu treated, sepatu boot karet atau tutup sepatu plastik melindungi dari bahan­vkimia bersifat menghancurkan.
·        Sepatu Insulated melindungi dari goncangan elektrik
·        Sepatu boot karet dengan anti selip pada bagian luar sol menyebabkan daya tarik di dalam kondisi basah dimana terjadi kemungkinan selip. Sepatu keselamatan, sepatu boot karet atau tutup sepatu plastik melindungi dari jenis spesifik pencemaran kimia dan seperti sarung tangan harus dipilih untuk jenis resiko yang tepat.

Perlindungan Pendengaran
Jenis perlindungan telinga meliputi:
·         Busa telinga menyediakan perlindungan dasaruntuk mengunci telinga terhadap suara gaduh.
·         Muffs telinga menyediakan perlindungan ekstra terhadap suara gaduh, dan lebih nyaman dipakai dibandingkan busa telinga.
·         Kapas yang dimasukkan adalah penekan suara bising yang tidak tepat dan tidak boleh digunakan.

 

ALAT-ALAT PELINDUNG DIRI YANG DIGUNAKAN DALAM LABORATORIUM

Alat-alat yang digunakan para pengguna ketika bekerja di dalam laboratorium disebut alat pelindung diri. Alat Pelindung Diri (APD) merupakan peralatan pelindung yang digunakan oleh seorang pekerja untuk melindungi dirinya dari kontaminasi lingkungan. APD dalam bahasa Inggris dikenal dengan sebutan Personal ProtectiveEquipment (PPE). Dengan melihat kata "personal" pada kata PPE terebut, maka setiap peralatan yang dikenakan harus mampu memperoteksi si pemakainya. Sebagai contoh, proteksi telinga (hearingprotection) yang melindungi telinga pemakainya dari transmisi kebisingan, masker dengan filter yang menyerap dan menyaring kontaminasi udara, dan jas laboratorium yang memberikan perlindungan pemakainya dari kontaminisasi bahan kimia. Disini akan dibahas beberapa alat-alat yang digunakan para pengguna laboratorium tersebut, diantaranya :

1.      Perlindungan Mata
Ketika bekerja di dalam laboratorium, diharapkan menggunakan pelindung mata. Hal ini dimaksud untuk melindungi mata dari kecelakaan sebagai akibat dari tumpahan bahan kimia, uap kimia, dan radiasi. Secara umum perlindungan mata terdiri dari:
  • Kacamata pelindung atau kacamata Safety 
  • Faceshield 
  • Visor 
  • Goggle

2.      Perlindungan Kepala
Ketika bekerja di dalam laboratorium, diharapkan menggunakan pelindung kepala. Hal ini dimaksud untuk melindungi kepala dari kecelakaan laboratorium seperti terbentur oleh benda-benda yang terjatuh atau terlempar, resiko kepala kejeduk, rambut terlilit, dan lain-lain. Contoh alat pelindung kepala adalah helem pengaman.
3.      Perlindungan Wajah
Ketika bekerja di dalam laboratorium, diharapkan menggunakan pelindung wajah.Hal ini dimaksud untuk melindungi wajah dari kecelakaan kerja seperti terkena percikan bahan-bahan kimia atau kecelakaan lainnya.Pelindung wajah ini merupakan pelindung yang berbeda dari yang lain karena pelindung ini hampir sama dengan pelindung mata tetapi lebih spesial (goggle yang menyatu dengan masker khusus untuk melindungi mata dan wajah dari radiasi dan bahaya laser). Selain itu pelindung mata ini juga ada yang berbentuk seperti tameng yang biasa dipakai para pekerja di bengkel ketika sedang mengelas.
4.      Perlindungan Tubuh
Ketika bekerja di dalam laboratorium, diharapkan menggunakan pelindung tubuh. Hal ini dimaksud untuk melindungi tubuh dari tumpahan bahan kimia atau api sebelum mengenai kulit pemakainya. Selain itu, pelindung tubuh ini juga melindungi tubuh dari temperatur yang ekstrim, cuaca buruk, bahan kimia atau serpihan metal, semprotan dari tekanan yang bocor, tabrakan atau tertusuk, kontaminasi debu, dan lain-lain. Secara umum pelindung tubuh terdiri dari :
• Boilersuits
• Specialistprotectiveclothing
• Egchain-mailaprons
• High-visibilityclothing
• Jas laboratorium
• Jumpsuits
• Apron
5.      Perlindungan Kaki
Ketika bekerja di dalam laboratorium, diharapkan menggunakan pelindung kaki. Hal ini dimaksud untuk melindungi kaki dari basah, electrostaticbuild-up, terpeleset, terpotong dan tertusuk, benda berjatuhan, percikan zat kimia dan besi, abrasi. Secara umum alat perlindungan pada kaki terdiri dari :
• Sepatu dan bot safety dengan pelindung jari kaki dan telapak sepatu yang anti tusuk
• Celana panjang
6.      Perlindungan Tangan
Ketika bekerja di dalam laboratorium, diharapkan menggunakan pelindung tangan. Hal ini dimaksud untuk melindungi tangandari memar, temperatur yang ekstrim, terpotong dan tertusuk, terbentur atau terpukul, zat kimia, tersetrum, infeksi kulit, sakit atau kontaminasi. Secara umum pelindung tangan terdiri dari :
         Gloves
         Gauntlets
         Mitts
         Wristcuffs
         Armlets
7.      Perlindungan Pernafasan
Ketika bekerja di dalam laboratorium, diharapkan menggunakan pelindung hidung atau pernafasan.Kontaminasi bahan kimia yang paling sering masuk ke dalam tubuh manusia adalah lewat pernafasan. Banyak sekali partikel-partikel udara, debu, uap dan gas yang dapat membahayakan pernafasan. Laboratorium merupakan salah satu tempat kerja dengan bahan kimia yang memberikan efek kontaminasi tersebut. Oleh karena itu, para pekerjanya harus memakai perlindungan pernafasan, atau yang lebih dikenal dengan sebutan masker, yang sesuai. Pemilihan masker yang sesuai didasarkan pada jenis kontaminasi, kosentrasi, dan batas paparan. Beberapa jenis perlindungan pernafasan dilengkapi dengan filter pernafasan yang berfungsi untuk menyaring udara yang masuk. Filter masker tersebut memiliki masa pakai. Apabila tidak dapat menyaring udara yang terkontaminasi lagi, maka filter tersebut harus diganti. Secara umum alat perlindungan pada hidung atau pernafasan adalah :
• Masker atau respirator pakai buang
• Full atau half respirator
• Breathingapparatus
8.      Perlindungan Pendengaran
Ketika bekerja di dalam laboratorium, diharapkan menggunakan pelindung telinga atau pendengaran. Hal ini dimaksud untuk menjaga dan melindungi telinga dari bahan-bahan kimia atau serpihan agar tidak masuk ke dalam telinga pemakai. Selain itu menjaga gendang telinga pemakai dari kebisingan agar tidak merusak gendang telinganya. Alat yang digunakan adalah sejenis penutup telinga yang lumayan empuk, dalam artian tidak keras sehingga nyaman dipakai, menyerupai earphone atau headset.